Menang Atas Lee, Michelle Nicolini Puji Latihan Terakhir di KL
Michelle Nicolini jelas tampil layaknya seorang grappler kelas dunia saat ia meraih kemenangan terbesar dalam kariernya atas “Unstoppable” Angela Lee di ONE: MASTERS OF DESTINY.
Juara Dunia BJJ delapan kali ini memang menghadapi salah satu pemegang sabuk hitam BJJ lainnya, namun ia menunjukkan mengapa dirinya mencapai status legenda melalui penampilan grappling nyaris sempurna dalam sebuah laga bela diri campuran.
Jelang laga ini, beberapa orang meramalkan bahwa atlet Brasil itu mungkin mengalami kesulitan menghadapi teknik striking wanita asal Singapura itu, namun ia mementahkan kesempatan lawannya mencetak KO dengan game plan keras di ground.
Aksi tersebut memang jauh lebih baik dari penampilan sebelumnya, dimana Nicolini memuji persiapannya – di tanah kelahirannya, Brasil, lalu di perjalanannya ke Kuala Lumpur, Malaysia.
Dalam wawancara ini, wanita berusia 37 tahun itu menjelaskan apa alasannya, bagaimana ia meraih kemenangan mutlak atas Lee, dan apa yang diharapkannya berikut dalam divisi strawweight wanita ONE.
ONE Championship: Bagaimana pendekatan anda pada ronde pertama?
Michelle Nicolini: Game plan itu membuat saya harus mengerjakan banyak pekerjaan rumah. Itu adalah untuk menutup celah, menyeretnya ke bawah dan menguji lawannya dalam Brazilian Jiu-Jitsu.
Kami tak mendapatkan kesempatan untuk mencetak submission pada ronde pertama, namun kami sangat mendekati.
ONE: Anda menyeretnya ke bawah dalam waktu 20 detik dan masuk ke posisi dominan dengan cepat, namun Lee menjaga anda tetap terbaring selama beberapa saat. Seberapa sulitnya beradu grapple melawannya sekali lagi?
MN: Posisi Angela sangatlah baik, tetapi saya selalu yakin dengan posisi saya, baik dari posisi atas atau di atas punggung saya.
Saya merasa seperti saya mengunci lengannya dan bertahan dengan sangat baik. Ia sangat cepat, namun pengalaman dan kemampuan saya [hanya berarti bahwa saya dapat] mengatasi seseorang seperti dirinya.
ONE: Apakah pendekatan anda berubah pada ronde kedua?
MN: Kami menjadi semakin yakin, dan pelatih saya berkata bahwa saya hanya harus mengulangi apa yang kami lakukan pada ronde pertama.
Ia mengatakan bahwa itu berjalan sangat baik, dan saya hanya harus melakukan apa yang saya dapat lakukan dengan sangat baik untuk memenangkan laga ini. Ronde ketiga berlangsung sama, namun saya mulai merasa lelah. Saya mampu mengendalikannya dengan baik di ground, maka saya merasa sangat senang dengan itu.
ONE: Mengapa anda sangat sulit mendapatkan submission?
MN: Ia sangat cepat dengan kaki dan lengannya. Saya hampir mampu meraih kakinya di awal ronde kedua, namun saya mengalihkan strategi saya dan menempatkannya di atas punggungnya di sebagian besar kontes ini.
ONE: Apakah kemampuan striking Lee menyulitkan anda?
MN: Saya merasa sangat sakit di wajah saya, dan saya tak nampak cantik lagi! Ia memukul sangat keras, namun saya [kira saya juga melukainya].
Secara keseluruhan, saya kira ia tak akan khawatir tentang striking saya karena ia lebih khawatir tentang permainan ground saya, namun saya kira ia kini mengetahui bahwa saya juga memiliki kekuatan di tangan saya.
ONE: Apakah ada kunci kemenangan lain dalam kemenangan anda?
MN: Pertama, saya kira ia adalah atlet atomweight. Ia sangat muda dan berbakat, namun mungkin jika saya adalah dirinya, saya akan mengasah kekuatan dan pengkondisian tubuh saya sebelum naik ke strawweight.
Saya merasa bahwa para wanita dalam divisi strawweight lebih kuat dari atomweight, namun jika ia benar-benar ingin naik ke divisi ini, saya tahu ia memiliki potensi untuk menjadi atlet yang lebih kuat secara keseluruhan. Ia mampu mencapai hal itu.
ONE: Bagaimana latihan itu mempersiapkan anda untuk berlaga tiga ronde penuh kali ini?
MN: Saya ada di tempat terbaik yang ada untuk pemusatan latihan atau dalam permainan saya. Demian Maia [pelatih di Vila Da Luta] adalah salah satu yang terbaik dalam bela diri campuran.
Saya tak ingin mengubah apa pun dalam strategi grappling saya, dan saya ingin membawa game plan saya saat ini di sepanjang karier saya.
ONE: Seperti apa rasanya menghabiskan hari-hari terakhir anda di pemusatan latihan di Kuala Lumpur?
MN: Ini adalah kota yang sangat indah, dan saya menyukai cuaca di sini juga. Terakhir kali saya berlaga di Singapura, saya merasa saya tiba sedikit terlambat. Laga saya berlangsung pada hari Jumat, namun saya mendarat pada hari Senin, dan itu terlalu melelahkan. Itu cukup gila.
Kali ini, kami melakukan segalanya dengan sempurna. Menjalani minggu terakhir saya di Monarchy MMA memang sangat membantu. Kami melanjutkan latihan kami di sana, dan itu adalah cara yang sempurna untuk mengakhiri pemusatan latihan demi bersiap menghadapi Angela Lee.
Bekerja di sisi Bruninho [Bruno Barbosa] sangatlah bagus. Ada atlet wanita yang bagus di sana yang berlatih bersama saya, dan sangatlah bagus untuk berlatih bersama praktisi BJJ yang bagus beberapa hari sebelum laga saya.
[Saya ingin berterima kasih pada] Tuhan, lalu keluarga saya, tim saya, dan semua orang yang mendukung saya sejak awal perjalanan saya. Mereka menahan saya kapan pun saya terjatuh, dan mendesak saya mencapai batasan.
Mereka memberi kekuatan yang saya butuhkan, dan membangun keyakinan diri dalam hati saya. Setelah pemusatan latihan itu, saya sudah merasa seperti saya memenangkan pertarungan tersulit.
ONE: Siapa yang anda ingin hadapi berikutnya, dan kapan?
MN: Saya di sini untuk berkompetisi melawan siapa pun yang diinginkan ONE Championship dalam divisi strawweight ini.
Kapan pun mereka ingin saya bertarung, saya siap. Mungkin Oktober, November, atau Desember – saya akan siap untuk itu. Saya tahu itu belum akan menjadi perebutan gelar Juara Dunia, namun saya harap saya akan menerimanya segera.