‘Mencoba Bergerak Maju’ – Yuya Wakamatsu Ungkap Rangkaian Kekalahan Dan Perubahan Pemikiran
Mantan penantang gelar Juara Dunia ONE Flyweight Yuya Wakamatsu membawa determinasi untuk mengakhiri rangkaian terberat dalam karier MMA profesional yang meliputi 21 laga itu – dan ia tahu bahwa hal itu dimulai dengan memperkuat pemikirannya.
“Little Piranha” kini menjalani tahap persiapan akhir untuk aksi krusialnya melawan penantang #5 Xie Wei di ONE Fight Night 12: Superlek vs. Khalilov pada jam tayang utama Amerika Utara, 14 Juli ini, atau Sabtu pagi, 15 Juli waktu Asia.
Saat ia berjalan memasuki ring ikonik di Lumpinee Boxing Stadium, Bangkok, Thailand, Wakamatsu akan berusaha mengakhiri dua kekalahan berturut-turut dan kembali memastikan diri di antara para petarung elite divisinya.
Ini memang tidak mudah bagi bintang Jepang itu, yang baru-baru ini mengalami kekalahan TKO ronde pertama di tangan striker dinamis Woo Sung Hoon pada ajang ONE 163 bulan November lalu.
Kekalahan itu, seperti yang diungkapnya pada ONEFC.com/id, sangat berat sampai ia tiba di ambang masa pensiun. Melihat kembali, Wakamatsu mengenang seluruh pemikiran negatif yang dialaminya setelah kemunduran berat itu:
“Apa yang saya lakukan selama ini? Dalam diri saya, itu seperti, ‘Apa ini?’ Saya merasa seperti saya tak ingin melakukan ini lagi. Kalah dengan mudah, itu seperti, ‘Apa yang saya lakukan?’”
“Sejujurnya, untuk pertama kalinya, saya berkata pada pelatih saya, ‘Saya ingin berhenti,’ dan itu sangat membuat frustrasi.”
Namun, pertumbuhan itu muncul dari rasa sakit.
Kekalahan ini memaksa Wakamatsu untuk mengevaluasi kembali mentalitasnya. Dan, setelah beberapa waktu merefleksikan diri, ia menyadari bahwa dirinya membiarkan kecemasan ini – sesuatu yang telah ada sejak ia kecil – menguasainya malam itu.
Ke depannya, pria berusia 28 tahun itu takkan membiarkan permasalahan mentalnya mendefinisikan siapa dirinya, dan ia membawa misi untuk menciptakan pola baru pada 15 Juli nanti:
“Saya adalah orang yang sangat mudah cemas, dan saya memang seperti itu sejak kecil.”
“Saya memiliki kewaspadaan yang sangat tinggi, dan itu juga sudah ada sejak saya kecil. Tapi kini, saya harus dapat keluar dari kepompong itu. Itu sulit, dan saya memikirkan berbagai hal. Ini memang berantakan, tapi saya mencoba bergerak maju.”
‘Perubahan Itu Konstan’ – Wakamatsu Terfokus Pada Perkembangan
Saat ia melihat kembali dua kekalahan berat itu dan berusaha untuk kembali ke puncak divisi flyweight MMA ONE yang sarat atlet berbakat, Yuya Wakamatsu juga mendengar banyak pertanyaan tentang bagaimana dirinya akan meluruskan jalurnya dan kembali memasuki lingkaran pemenang.
Tetapi, menang atau kalah, Wakamatsu berkata ia selalu berevolusi sebagai seorang atlet dan manusia:
“Perubahan itu konstan dalam tiap laga. Kita tak hidup di masa dimana segala sesuatunya tetap sama. Maka, ada banyak perubahan cara berpikir, gaya bertarung, serta pemikiran. Saya merasa banyak yang telah berubah.”
Seperti permainan mentalnya, “Little Piranha” juga terus membangun kemampuan fisiknya sebagai seniman bela diri campuran.
Terlepas dari semua itu, fokus harian dan usaha yang sepenuhnya dicurahkan pada sesi latihan itu memang tak pernah memudar:
“Tentu saja, ada banyak perubahan dalam apa yang saya lakukan. Cara saya berlatih, cara saya melakukan pad work, semua itu berubah dan berkembang secara alami.”
“Tetapi, intinya tetap sama – memberi seluruh kemampuan saya setiap hari, sampai saya mati.”
Namun, sementara ia mengambil waktu untuk merefleksikan diri tentang pemikiran kompetitif itu, Wakamatsu juga meyakini bahwa kunci utama untuk tampil dengan baik sebenarnya adalah tidak memikirkan tentang keuntungan dari kemenangan atau kerugian dari kekalahan itu.
Sebaliknya, ia tetap terfokus pada tugas yang ada di tangannya saat ini – mengalahkan Xie Wei dalam gelaran ONE Fight Night 12.
Wakamatsu menambahkan:
“Jika saya kira hal-hal seperti, ‘Saya kalah terakhir kali,’ atau, ‘Saya punya kemenangan beruntun, maka saya harus menangi yang ini,’ seluruh pemikiran itu akhirnya akan menghalangi saya.”
“Maka, ini seperti menjadi ‘kosong’ dan hanya melakukannya. Hanya mengalahkan lawan. Itu saja, memberi seluruh kemampuan saya.”