Michael Pham Terdorong Penonton Tuan Rumah Saat Rebut Kemenangan Perdana
Malam luar biasa bagi seni bela diri di Vietnam dimulai pada hari Jumat, 6 September lalu, saat Michael “The Beast From The East” Pham mencetak kemenangan yang hampir sempurna dalam laga pembuka ajang ONE: IMMORTAL TRIUMPH.
Dihadapan para penonton yang memenuhi Phu Tho Indoor Stadium, pria dari London, Inggris ini membuka kartu pertandingan di Ho Chi Minh dengan sebuah penampilan dominan melawan “Ant Man” Mohamad Fakri Bin Yusoff.
Walau ia lahir di Inggris, perwakilan Team Tieu ini juga memiliki keturunan Vietnam, maka tiap tendangan, pukulan, serangan lutut dan siku dari kontes Muay Thai divisi featherweight ini membuat para penonton tuan rumah bersorak, serta membawanya ke sebuah kemenangan melalui keputusan mutlak.
Michael mengatakan bahwa atmosfer yang memberinya kekuatan ini segera dirasakan saat ia tiba di “Negeri Naga Biru” di awal minggu pertandingan.
Dari latihan terbuka, rangkaian wawancara dan sesi ‘meet-and-greet’ di sasana lokal bersama pelatihnya Philip Tieu dan rekan satu tim Carlton Lieu, “The Beast From The East” mendapatkan perlakuan layaknya VIP sebelum ajang debut “The Home Of Martial Arts” di negara ini.
Ini semua berpuncak saat ia memasuki arena di malam pertandingan dan disambut dengan sorakan keras, yang memberinya inspirasi untuk tampil dengan baik.
“Saya tidak pernah menjalani latihan terbuka. Itu adalah pengalaman yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya, dan pertama kali merasakannya di Vietnam membuatnya jauh lebih baik,” jelasnya.
“Seluruh pengalaman ini sangat luar biasa. Perasaan yang saya terima sangat luar biasa. Mereka memperlakukan anda seperti selebriti dan itu mengena pada diri saya karena saya keturunan Vietnam. Saya dapat merasakan energi mereka, dan rasanya luar biasa.”
“Ini membuat saya semakin yakin dan ingin tampil lebih baik. Perasaan yang saya daoatkan membuat saya ingin membanggakan semua orang. Itu memberi saya energi lebih.
“Segera setelah saya masuk [ke dalam arena] mereka bersorak. Itu adalah pengalaman luar biasa.”
Semua keyakinan diri di dunia tidak mungkin berbuah banyak jika Michael tidak siap untuk tampil dengan sebuah strategi yang tersusun rapi untuk menangkal lawan yang berbahaya.
Ia sangat beruntung karena dirinya telah mengerjakan pekerjaan rumahnya, dimana ia siap untuk berada di luar jangkauan dan mencari poin dengan serangan jarak jauh untuk mematahkan senjata paling berbahaya milik Fakri.
Atlet yang berusia 30 tahun ini memulai dengan baik, dan saat ia kembali ke pojokannya pada akhir periode pertama, ia mengetahui bahwa ia akan meraih kemenangan.
“Saya mengetahui bahwa ia akan mencoba masuk dan menyerang. Ia terkenal memiliki clinch dan serangan lutut, maka saya mengetahui bahwa saya harus menjaga jarak untuk mencegah lututnya mengenai saya,” kata Michael.
“Saya merasa siap untuk segala sesuatu – apapun yang ia akan lakukan, saya akan memiliki cara menjawabnya. Kami berlatih supaya saya dapat siap secara keseluruhan – pukulan, tendangan, serangan lutut, clinch.”
“Saya mengetahui bahwa saat saya menangkapnya dengan hook kiri dan cross pada ronde pertama, inilah saat game plan miliknya menjadi berantakan.”
“The Beast From The East” memiliki keuntungan, tetapi ia juga mengatakan bahwa ia tidak ingin tertangkap oleh rivalnya dari Malaysia ini hanya karena ia mengincar KO dalam laga terbesar di hidupnya ini.
Walau ia telah bersiap untuk segala kemungkinan saat berlatih, ia menyadari bahwa satu langkah yang salah dengan sarung tangan 4 ons ini akan menjadi bencana, maka ia bergantung pada game plan miliknya.
“Saya berpikir bahwa sebuah KO akan baik, tetapi saya harus tetap bermain aman dalam laga perdana saya,” jelasnya.
“Saya tidak ingin melakukan kebodohan apapun dalam debut saya dan terperangkap bersama sarung tangan bela diri campuran.”
“Dalam enam minggu kamp pelatihan saya, saya hanya berkutat pada pertahanan dan akurasi – bertahan dengan rapat, parrying, lebih banyak footwork.”
Walau ia tidak terlalu puas, Michael sangat bangga dapat memanaskan suasana selama ia berada di dalam ring.
Didukung oleh tim dan penonton tuan rumah, ia melanjutkan serangan akuratnya dan tidak meragukan penilaian para juri di akhir laga.
“[Tim saya] mengatakan untuk tetap melakukan apa yang saya lakukan, tetapi dengan beberapa tambahan kecil. Setelah pukulan overhand kanannya, penyelesaian dengan hook kiri, menambahkan beberapa feint, dan nikmati laga ini,” tambahnya.
“Saya dapat mendengar semua sorakan itu tiap kali saya melakukan sesuatu, dan ini membuat saya ingin melakukan lebih lagi untuk membuat mereka terkesan dan terhibur, maka saya memberikan lebih banyak energi dan keyakinan lebih.”
“[Pada akhir pertandingan] saya mengetahui bahwa hasilnya akan baik untuk saya.”