Perjalanan Berat Menuju Pemulihan: Bagaimana ‘Mentalitas Pejuang’ Lito Adiwang Bawa Dirinya Kembali Dari Cedera ACL
Bintang Strawweight MMA Lito “Thunder Kid” Adiwang tak ingin membuang lebih banyak waktu dalam perjalanannya menuju sabuk emas divisinya.
Baru saja mencetak penyelesaian ronde pertama sensasional di ONE Friday Fights 34 pada September lalu, pria Filipina ini kini siap kembali melawan kompatriotnya Jeremy Miado pada jam tayang utama A.S., atau 4 November waktu Asia, di ONE Fight Night 16: Haggerty vs. Andrade.
Laga itu akan menjadi penampilan kedua bagi “Thunder Kid” sejak ia menderita cedera lutut parah yang membuatnya tersingkir selama satu tahun setengah – cedera yang dideritanya pada laga Maret 2022 lalu saat melawan Miado.
Adiwang kini berdeterminasi mencetak pembalasan atas “The Jaguar” dan kembali merebut momentum yang membawanya meraih tujuh kemenangan dari sembilan laga sebelum jatuh cedera.
Melihat kembali perjalanan beratnya menuju pemulihan itu, pencetak KO berusia 30 tahun ini berkata bahwa bagian terberatnya adalah memulihkan kondisi mental yang berkaitan dengan tak bertanding:
“Saya dapat mengakui bahwa pengalaman ini lebih kepada sisi psikologis daripada yang lainnya. Secara fisik, saya dapat mengatasinya dengan sangat mudah, walau yang ini memang lebih terfokus pada aspek mental dari semua itu selama 18 bulan terakhir.”
Sementara seluruh aspek fisik dari pemulihan itu mungkin cukup mudah bagi Adiwang, ia harus terus mengandalkan kekuatan mentalnya, yang memang terasah sejak ia menghadapi kesulitan masa kecil dan memulai perjalanannya dalam seni bela diri.
Keteguhan mental itulah yang membawanya kembali dengan kondisi prima bulan lalu, saat ia mencoreng petarung berbahaya asal Indonesia Adrian Mattheis dalam waktu kurang dari 30 detik.
Tak mudah bagi Adiwang untuk kembali ke titik dimana ia berada saat ini, namun ia menyadari bahwa cedera dan rasa sakit itu adalah bagian dari pekerjaannya – dan halangan yang harus diatasinya:
“Saya kira mentalitas pejuang saya jelas memainkan peranan besar di sini. Yang lainnya adalah untuk melihat kembali seluruh kesulitan hidup yang harus saya lewati. Saya sudah melewati banyak hal, dan cedera ini hanyalah sebuah halangan lain untuk diatasi.”
“Akhirnya, kita ada di dunia olahraga tarung. Tak banyak orang mengetahui ini, tetapi tubuh petarung itu selalu merasakan sakit – baik dalam latihan atau saat bangun pagi. Saya dapat mengatasi cedera ini cukup cepat, karena ini benar-benar terasa alami bagi saya di titik ini.”
“Saya harus mengerti metode yang tepat untuk pemulihan, makanan apa yang harus saya makan, dan segala sesuatu di antaranya.”
‘Secara Fisik, Itu Menyerah’ – Adiwang Kenang Kemunduran Berat Pada Januari Lalu
Walau sisi mental dari pemulihannya itu memang tepat sasaran, Lito Adiwang masih menghadapi sekilas tantangan fisik dalam perjalanannya untuk kembali dari cedera.
Ia awalnya berencana kembali beraksi pada Januari lalu, tetapi tubuhnya “tidak setuju” dan ia kembali mencederai lututnya sekali lagi dalam latihan.
“Thunder Kid” mengenang:
“Kami sangat positif secara psikologis, tetapi secara fisik, itu menyerah. Dari titik itu, saya harus benar-benar mengelilingi diri saya dengan saran dan orang-orang yang tepat, seperti para dokter dan mereka yang memiliki pengetahuan ahli terkait cedera ini.”
“Saya harus menyeimbangkan pemikiran positif dan keinginan saya, karena ada proses yang memang harus terjadi. Itulah yang saya lewati untuk pemulihan ini.”
Saat ini, petarung strawweight itu telah pulih sepenuhnya, siap melawan para petarung terbaik divisinya, serta membawa misi untuk membalas kekalahannya pada 2022 di tangan Jeremy Miado.
Adiwang mengakui bahwa lututnya mungkin takkan pernah terasa sama lagi, namun ia tetap yakin bahwa pukulan eksplosifnya itu masih tetap berada dalam dirinya.
Ia menambahkan:
“Saya dapat jujur di sini dan berkata bahwa tak ada yang mengalahkan (lutut) orisinil itu. Satu hal yang saya perhatikan adalah bahwa lutut saya kini sedikit berubah bentuk.”
“Yang lain adalah bahwa mobilitas saya terasa sedikit kurang dibandingkan sebelumnya, karena dulu saya dapat meregangkan lutut dengan mudah, tapi sekarang ada sedikit batasan untuk itu.”
“Tetapi kekuatan dan segala sesuatunya, saya sepenuhnya yakin saya telah kembali.”