‘Saya Merasa Tak Tertandingi’ – Bagaimana MMA Membuat Kade Ruotolo Semakin Jadi Grappler Mengerikan
Sejak lama, Kade Ruotolo telah menjadi salah satu pemburu kuncian paling ditakuti. Dan kini, ia kian tangguh, cerdik, dan sulit untuk dipaksa menyerah setelah terjun ke dunia MMA.
Setelah sukses dalam debut MMA pada Juni lalu di ONE 167, sang Juara Dunia ONE Lightweight Submission Grappling akan kembali untuk mempertahankan sabuk emasnya dari sesama megabintang Mikey “Darth Rigatoni” Musumeci pada 6 September waktu Amerika di ONE 168: Denver.
Berlaga di Ball Arena yang akan penuh sesak oleh penonton, pertandingan ini menandai salah satu pertemuan terbesar dalam sejarah submission grappling. Keduanya adalah Juara Dunia ONE dan menyandang predikat sebagai praktisi BJJ pound-for-pound terhebat.
Di umurnya yang masih 21, Ruotolo terus berevolusi sebagai seorang grappler dan meyakini jika latihan dalam MMA telah meningkatkan keberanian dan ketangguhan dalam permainannya.
Sang bintang asal California bicara pada onefc.com tentang bagaimana MMA telah membentuknya menjadi petarung ground yang lebih berbahaya:
“Saya merasa tak tertandingi, misalnya, dalam hal ketangguhan. Ketika Anda mulai menerima pukulan, lutut, dan sikut, jiu-jitsu rasanya menjadi mudah atau lebih mudah.
“Tendangan yang tak disengaja atau sabetan sabuk yang menampar wajah seakan tak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan MMA. Saya kira itu lebih sulit.”
Ruotolo bersinar dalam debut MMA yang begitu dinanti dan terlihat nyaman menyerang dengan striking sebelum akhirnya meraih kemenangan kuncian luar biasa atas Blake Cooper.
Penampilan itu adalah apa yang biasanya penggemar harapkan dari Ruotolo, sebagaimana ia selalu tampil agresif untuk menghabisi lawan sesegera mungkin.
Namun, ia mengaku jika grappling di MMA tak lebih agresif dan beresiko ketimbang permainan BJJ miliknya:
“Dalam MMA, Anda tak mau banyak berguling dan menerima banyak risiko karena Anda tak ingin berada di posisi bawah. Sangat menyebalkan ketika posisi kita terbalik dan semua kerja keras untuk meraih posisi atas dalam laga hilang begitu saja. Jadi saya pikir MMA lebih memerlukan kesadaran ketimbang jiu-jitsu.
Dalam jiu-jitsu, Anda dapat meraih D’Arces dan apapun itu sepanjang hari sambil terus beradu. Hanya itu perubahan dalam permainanku di MMA untuk memastikan bahwa saya tak menerima kuncian atau keputusan salah yang berujung menempatkanku di posisi bawah.”
Walau permainan grappling Ruotolo di MMA mungkin terdengar konservatif, ia tetaplah spesialis BJJ yang memiliki insting pemburu kuncian paling eksplosif.
Seperti saudara kembarnya, Juara Dunia ONE Welterweight Submission Grappling Tye Ruotolo, sang atlet Amerika juga gencar mengincar takedown dan beraksi dari posisi atas. Namun, itu bukan berarti ia tak nyaman menyerang dari belakang.
Kade menjelaskan:
“Kami suka menjatuhkan lawan, menembus pertahanan dan menyelesaikannya seperti itu. Jadi tentu saja kami memiliki semua fondasi itu, tapi kami tak pernah melupakan kuncian kaki kami. Kuncian kaki tetap ada. Misal jika saya berada di sisi punggung, saya mungkin akan melakukan lebih dari half guard standar dan memikirkan cara untuk berdiri.”
Kade Ruotolo Jelaskan Bagaimana Petarung MMA Bermain Grappling
Dengan tekad menaklukkan dunia MMA seperti BJJ, Kade Ruotolo sering berlatih grappling dengan petarung MMA.
Setelah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk latihan dan berkompetisi dalam jiu-jitsu, ia menemukan perbedaan mendasar antara seniman seni bela diri campuran dan grappler murni.
Menurutnya, seniman bela diri campuran kerap menerapkan pendekatan klasik saat bermain guard – tidak seperti legenda BJJ Lucas Lepri:
“Menurut saya, kebanyakan petarung MMA tak terbiasa bertarung dari posisi belakang. Dan jika mereka melakukannya, itu sangat tradisional seperti half-guard milik Lucas Lepri untuk kembali berdiri.
“Anda akan jarang melihat petarung MMA menggunakan teknik guard seperti itu dalam keseharian seperti dalam olahraga jiu-jitsu. De La Riva dan X-guard, dan hal seperti itu.”
Menambahkan striking dalam permainan dapat diartikan bahwa kebanyakan petarung MMA akan menghindari teknik guard yang lebih eksotis. Mayoritas lebih memilih untuk kembali berdiri atau mencari posisi dari atas.
Dengan begitu, Ruotolo percaya bahwa mayoritas grappling dalam MMA lebih mirip dengan gulat ketimbang BJJ murni:
“Saya berpendapat bahwa hal itu lebih seperti kuncian gulat. Seperti itu lah bagaimana saya menggambarkan sebagian besar permainan petarung MMA.”