‘Saya Sangat Emosional’ – Mikey Musumeci Ungkap Alasan Di Balik Kemarahannya Pada Gabriel Sousa, Nantikan Laga Lawan Kade Ruotolo
Pada ONE 167: Tawanchai vs. Nattawut II Sabtu lalu, megabintang Brazilian Jiu-Jitsu Mikey “Darth Rigatoni” Musumeci akhirnya meraih pembalasan atas sosok lawan terakhir yang mengalahkannya.
Pada momen itu sang Juara Dunia ONE Flyweight Submission Grappling naik ke kelas bantamweight, dan hanya membutuhkan waktu tiga menit untuk memaksa sang pendatang baru, Gabriel Sousa, menyerah lewat kuncian lutut calf slicer.
Setelah kemenangannya, dengan berapi-api Musumeci bercerita kenapa membalas kekalahannya pada 2021 lalu begitu penting, dan mengapa laga ulangan itu juga memunculkan sisi agresif Musumeci yang jarang terlihat.
Menurut atlet Amerika berumur 27 tahun itu, ketegangan di antara keduanya telah tercipta sejak lama:
“Selama tiga atau empat tahun, pria ini telah mempermalukan saya pada setiap laga yang saya jalani, dia mendiskreditkan usaha saya, ‘Dia tak ingin melawan saya, dia takut pada saya, dia melarikan diri dari saya,’ terus menerus.”
Sejak Musumeci kalah dari Sousa pada 2021, ia telah menegaskan dirinya sebagai salah satu kompetitor pound-for-pound teratas di submission grappling dengan mengkoleksi lima Gelar Dunia IBJJF sambil meraih (dan mempertahankan) sabuk emas perdana ONE flyweight submission grappling.
Namun, ia tetap tak bisa melupakan kekalahannya dari sang bintang Brasil.
Ia menyebut kalau kepribadian sok tangguh Sousa mengganggunya, dan memantik ingatan masa kecilnya ketika ia berkompetisi melawan musuh dengan kepribadian serupa:
“Ini adalah tentang saya akhirnya membuatnya bungkam. Sehari sebelumnya dia sempat mencoba membuat saya tersentak. Dia membusungkan dada di depan saya, dan mengeluarkan sisi lain diri saya ketika kecil.
“Saya bukanlah sosok yang tangguh, dan sepanjang hidup saya berkompetisi dengan orang alfa macho ini, dan mereka selalu berlagak kuat, sementara saya lebih suka membuktikan lewat aksi. Jadi hal itu mengeluarkan sisi kecil saya ketika saya selalu berhadapan dengan orang-orang seperti ini.”
Musumeci mengaku jika luapan emosi mengendalikannya saat itu, dan berujung pada wawancara usai laga yang vulgar.
Namun, pembalasan dan kemenangan kuncian yang diraihnya atas Sousa telah membawanya menuju tantangan berikutnya:
“Hal itu mengeluarkan Mikey Kecil ketika saya anak-anak, dan emosi saya pada sosok dengan kepribadian seperti itu. Hanya sekali laga saya hanya sangat emosi. Saya minta maaf, dan saya akan meninggalkan semua itu di sana, Anda tahu?”
Musumeci Tidak Akan Terlalu Naik Berat Untuk Laga Ruotolo
Sebagai sosok yang tidak pernah beristirahat, Mikey Musumeci akan menghadapi tantangan terbesar dalam kariernya.
Pada 7 September di ONE 168: Denver, ia akan naik tiga kelas berat untuk menantang Kade Ruotolo demi merebut gelar Juara Dunia ONE Lightweight Submission Grappling.
Sembari bersiap menghadapi sesama grappler pound-for-pound terbaik, “Darth Rigatoni” mengaku tak ambil pusing untuk mengubah beratnya jelang berkompetisi melawan Ruotolo di kelas 170-pound:
“Bagi saya ini bukan tentang menambah berat. Ini tentang bagaimana saya merasa kuat seperti biasanya, bukan? Saya takut kehilangan kardio, dan kelelahan di menit pertama jika saya terlalu berat. Apalagi Kade memiliki kardio terbaik.”
Ruotolo, yang beru menginjak usia 21 tahun, bisa dibilang sebagai grappler paling agresif dan tak kenal lelah – sebuah kualitas yang akan memaksa Musumeci menembus batasannya.
Sang raja flyweight submission grappling itu pun menyadari tak akan bisa menandingi kekuatan dan atletisisme sang atlet California, tapi ia ingin tetap menambah otot sebelum laga spektakuler mereka di Denver.
Musumeci menambahkan:
“Saya mungkin akan menjaga badan agar tetap ringan, dan jika memungkinkan saya ingin menambah otot seberat 5 pound (2,2 kilogram). Saya merasa angka itu sangat masuk akal, mungkin 10 pound maksimal.
“Untuk laga ini saya telah mencoba memakan protein lebih banyak, dan hal itu membantu saya jadi sedikit lebih berat. Mungkin sekitar 5 pound lagi jika memungkinkan.”