Submission Memberi Jalan Bagi Aziz Calim Menjadi Seniman Bela Diri Yang Lebih Baik
Aziz “The Krauser” Calim sedikit terkejut dengan caranya menjatuhkan lawan dalam pertandingan perdananya pada tahun 2019, tetapi ia senang dapat memulai tahun ini dengan kemenangan.
Atlet yang sedang naik daun dari Indonesia ini hanya membutuhkan waktu kurang dari satu ronde untuk mengalahkan Adi Paryanto pada ajang ONE: ETERNAL GLORY di depan pendukungnya.
Walaupun ia membuatnya terlihat mudah, atlet berusia 21 tahun ini mengaku terkejut sendiri dengan caranya mengakhiri pertandingan.
Aziz Calim sinks in a DEEP rear-naked choke to force the tap from Adi Paryanto at 4:40 of Round 1!
Aziz Calim sinks in a DEEP rear-naked choke to force the tap from Adi Paryanto at 4:40 of Round 1!Watch the full event LIVE & FREE on the ONE Super App 👉 http://bit.ly/ONESuperApp | TV: Check local listings for global broadcast
Posted by ONE Championship on Saturday, January 19, 2019
“Rasanya lega, dan saya senang [mendapatkan kemenangan],” kata Aziz setelah pertandingan.
“Saya tidak menyangka dapat menang melalui submission. Saya kira saya akan menang dengan TKO.”
Walaupun dirinya mengincar kemenangan melalui teknik striking, ia tetap mendengarkan saran dari timnya di sudut ring – yang dipimpin oleh pelatih kepala Yohan “The Ice Man” Mulia Legowo – dan merubah caranya menyerang untuk terfokus pada grappling.
Hal tersebut membuahkan hasil, karena ia dapat meraih punggung lawannya dan memaksanya menyerah dengan kuncian rear-naked choke keras, dengan hanya 20 detik tersisa pada ronde pertama.
“Saya mendengar arahan dari pelatih saya untuk meluncurkan submission, dan saya selalu mendengarkan apa yang dia katakan, karena dalam ring semua ini [sangat] dinamis dan apa saja dapat terjadi,” jelas Aziz.
Kemenangan melalui submission ini juga menunjukkan kemajuan Aziz dalam seluruh aspek seni bela diri campuran.
Sebagai juara karate Indonesia, Aziz memang terbukti menjadi striker yang handal, tetapi permainan bawah, atau ground game, adalah sesuatu yang wajib ia pelajari lebih dalam.
Saat ini, setelah melihat dengan mata kepala sendiri manfaat dari penerapan teknik tersebut dalam panggung dunia bagi seni bela diri campuran, “The Krauser” ingin mempertajam ilmunya dalam Brazilian Jiu-Jitsu untuk pertandingannya kedepan.
“Awalnya saya bosan, karena saya lebih suka bermain stand-up,” ia mengakui.
“Saya memulai belajar BJJ tahun 2017, namun tidak terlalu fokus.”
“Latihan menjadi lebih intensif tahun lalu dan saya mulai menikmatinya. Sangat menyenangkan dan fleksibel, dimana saya harus menguasainya karena saya saat ini berada di dalam dunia bela diri campuran.”
Ada harapan tinggi bagi atlet berusia 21 tahun ini untuk terus berkembang, dimana ia dapat menjadi bintang bela diri masa depan dari Indonesia.
Dengan kemenangan pertamanya, Aziz sekarang terfokus menghadapi rintangan berikutnya dalam ONE Circle dan menambah catatan kemenangan profesionalnya. Jika ia terus berkembang, ia akan menjadi salah satu atlet yang membuka jalan bagi atlet Indonesia lainnya dalam “The Home Of Martial Arts.”
“Saya tidak sabar menjalani lebih banyak pertandingan sekarang,” katanya.
“Saya tidak tahu, mungkin Riski Umar atau atlet Indonesia lainnya, tetapi sebenarnya saya ingin melawan atlet dari negara lain seperti Malaysia.”
“Rasanya kurang nyaman melawan sesama atlet Indonesia.”