Tang Kai Bedah Kemenangan KO Atas Thanh Le, Diskusikan Penantang Gelar Juara Dunia Potensial
Di awal bulan ini, Tang Kai memastikan statusnya sebagai seniman bela diri campuran terbaik dalam divisi featherweight – dan ia melakukannya dengan cara empatik.
Pada 1 Maret, di ONE 166: Qatar, superstar Tiongkok ini meng-KO pemegang gelar interim Thanh Le demi menyatukan kedua sabuk divisinya dan sekali lagi menjadi Juara Dunia ONE Featherweight MMA tak terbantahkan.
Kemenangan itu tiba 18 bulan setelah Tang pertama kali mengalahkan Le melalui keputusan juri untuk merebut gelar Juara Dunia itu. Tetapi saat cedera memaksanya berada di luar arena dalam waktu yang cukup lama, Le tetapi menyibukkan diri dan merebut gelar interim itu.
Saat ia tak berkompetisi, Tang dan timnya menciptakan rencana untuk menghentikan rivalnya itu dalam jarak dekat, dan ia mengeksekusi rencana itu dengan sempurna.
Petarung berusia 28 tahun ini berbicara pada onefc.com/id:
“Strateginya adalah memberi tekanan untuk menghancurkan ritmenya – lalu menghentikannya.”
Setelah awalan yang terlihat suam-suam kuku dalam laga mereka, perwakilan Sunkin International Fight Club itu menemukan jarak serangnya pada ronde ketiga dengan pukulan kanan yang tepat sasaran dan menjatuhkan bintang Vietnam-Amerika itu ke atas kanvas.
Bagi Tang, KO itu mewakili puncak dari kerja kerasnya selama berbulan-bulan.
Setelah gagal mengamankan penyelesaian dalam laga perdana mereka, ia senang dapat membungkam berbagai kritik yang meragukan kekuatannya saat melawan para petarung elite di divisinya itu:
“Saya harus berterima kasih pada tim dan pelatih saya karena mereka membantu saya merancang taktik untuk menyelesaikan laga. Saya merasa sangat baik dapat memenangi laga via KO yang telah saya tunggu selama lebih dari satu tahun.”
“Kali ini, saya menunjukkan kekuatan saya pada mereka yang meragukan saya sebelumnya.”
Tang Sambut Laga Melawan Tonon, Nguyen Dan Superbon
Setelah menyatukan gelar Juara Dunia ONE Featherweight MMA, Tang Kai tak kekurangan penantang kuat yang mengincar kesempatan mengalahkannya.
Penantang pertama yang paling jelas adalah superstar jiu-jitsu Amerika Garry “The Lion Killer” Tonon, yang kini menempati peringkat #2 dalam divisi ini dan mencetak tiga submission beruntun sejak ia gagal merebut sabuk emas di tangan Thanh Le pada 2022 lalu.
Saat ditanya tentang laga potensial melawan petarung asal New Jersey itu, Tang tak ragu untuk menjabarkan bagaimana laga klasik striker-versus-grappler ini akan berakhir:
“Ia sangat bagus dalam jiu-jitsu, tapi kemampuan striking-nya lebih lemah. Saya selalu siap untuk bertarung dengan gaya apa pun, siapa pun.”
“[Teknik grappling-nya] takkan mempengaruhi saya. Saya akan meng-KO dirinya.”
Di luar Tonon, penguasa featherweight MMA ini juga mengincar Martin “The Situ-Asian” Nguyen.
Sementara petarung unggulan Vietnam-Australia itu akhir-akhir ini sedang bergumul, dengan hasil 2-2 dalam empat penampilan terbarunya, Tang berharap bahwa Nguyen dapat merangkaikan kemenangan beruntun dan berjuang menuju kesempatan lain merebut gelar yang sebelumnya ia pegang itu:
“Saya sangat ingin melawan Martin Nguyen karena ialah Juara Dunia dua divisi ONE pertama. Walau ia mengalami kekalahan akhir-akhir ini, saya ingin ia memenangkan beberapa laga dan menantang saya, dimana saya kira itu akan menjadi pertarungan yang sangat bagus dan impresif.”
Akhirnya, pemegang gelar dari Tiongkok ini berkata ia akan menyambut sebuah laga keras melawan mantan Juara Dunia ONE Featherweight Kickboxing Superbon Singha Mawynn, yang akan berkompetisi demi sabuk emas interim divisinya itu dalam ajang ONE Friday Fights 58: Superbon vs. Grigorian II.
Ia mendengar pembicaraan legenda Thailand itu tentang mengejar sabuk emas dalam MMA, tetapi meragukan bahwa transisi ke disiplin menyeluruh ini akan berjalan dengan mulus.
Oleh karena itu, Tang mengirimkan pesan ke Superbon, memperingatkannya apa yang dapat saja terjadi:
“Saya kira Superbon sedikit arogan, karena ia berkata ia bisa bertarung dalam MMA dengan sedikit latihan. Saya harus memberi tahu apa MMA itu, dan saya akan membiarkannya tertidur di ground.”