Thanh Le Janjikan Aksi Keras Saat Lawan Nguyen: ‘Seseorang Akan Tak Sadarkan Diri’
Saat ini, Than Le berada di depan pintu kejayaan, dimana ia bersiap melangkahkan kaki untuk kembali memasuki Circle ONE.
Atlet berdarah Vietnam-Amerika ini akan menantang Juara Dunia ONE Featherweight Martin “The Situ-Asian” Nguyen demi sabuk emasnya dalam ajang ONE: INSIDE THE MATRIX yang berlangsung pada hari Jumat, 30 Oktober mendatang di Singapura.
Dan setelah tiga kemenangan beruntun via KO, Le sangat yakin bahwa Kejuaraan Dunia ini tak akan berakhir pada keputusan juri.
“Ini akan berlangsung seperti pertandingan catur, dan pada akhirnya anda akan menyaksikan laga penuh aksi, baik saat laga ini memasuki detik ke-10, atau lima [sampai] 10, atau 15 menit – apapun itu. Seseorang akan tak sadarkan diri,” tegasnya.
“Akhir laga ini akan tergantung pada Martin dan bagaimana ia mendekati saya. Jika ia memutuskan masuk ke jarak [serang] dan menguji kekuatan saya, maka itu mungkin akan menjadi laga yang singkat.”
Pernyataan itu bukanlah sesumbar dari Le, namun juga berdasarkan fakta dari raihan kemenangan dalam karier profesional bela diri campurannya.
Saat ini, Le memiliki rekor profesional 11-2 dengan tingkat penyelesaian 100 persen. Terlebih lagi, 10 kemenangan itu diraihnya melalui KO.
Angka tersebut bahkan menjadi lebih impresif saat melihat serangkaian atlet papan atas yang dihadapi Le sejak ia mencetak debutnya bersama ONE Championship bulan Mei 2019 silam.
Yang pertama, ia mengatasi stanza pembuka yang sulit untuk mencetak KO atas Yusup “Maestro” Saadulaev. Selanjutnya, ia memikat para penggemar dengan dua kemenangan KO beruntun pada ronde pertama saat ia menghentikan laju mantan Juara Dunia ONE Lightweight Kotetsu “No Face” Boku dan Juara Shooto Pacific Rim Featherweight Ryogo “Kaitai” Takahashi.
- Aung La N Sang Katakan De Ridder Akan Hadapi Kejutan Besar
- Thanh Le Sebutkan Serial TV Yang Masuk Dalam Daftar ‘Binge-Watch’-nya
- Chatri Sityodtong Umumkan Rangkaian ONE Atomweight World Grand Prix
Rentetan kemenangan impresif itu memberi Le kesempatan untuk menghadapi Nguyen. Dan walau pandemi COVID-19 memaksa setiap atlet keluar dari rutinitas yang biasa mereka lakukan, penantang teratas divisi featherweight ini masih dapat mempertahankan fokusnya di Louisiana, Amerika Serikat.
“Sesungguhnya, kami tidak melewatkan banyak hal karena saya memiliki kelompok [latihan] yang sangat erat. Saya berlatih di sasana kecil dan saya meminta rekan berlatih saya datang ke sasana,” katanya.
“Bisnis berjalan seperti biasa. Tetapi, memang saya tidak memiliki kesempatan sebanyak itu untuk membawa rekan berlatih saya datang, atau pergi dan berlatih, namun karena ONE sudah menetapkan tanggal dan lokasi ajang ini, maka saya dapat bepergian, berlatih dan membawa rekan berlatih saya masuk.”
“Saya terus berlatih, mengembangkan kemampuan saya, serta menjadi versi terbaik dari diri saya.”
Le akan harus berada di versi terbaiknya jika ia ingin merebut sabuk emas Juara Dunia ONE Featherweight dari Nguyen.
Bintang perwakilan Sanford MMA itu menjadi nama yang sangat diperhitungan saat ia sukses merebut gelar Juara Dunia ONE Featherweight dengan kemenangan KO atas Marat “Cobra” Gafurov di bulan Agustus 2017, kemudan kembali mencetak KO atas Juara Dunia ONE Lightweight Eduard “Landslide” Folayang dan menjadi atlet pertama yang menyandang gelar Juara Dunia dua divisi ONE.
Dan sama seperti Le, Nguyen juga merupakan pencetak KO yang fantastis. Kini, ia memegang rekor profesional 13-3 dengan tingkat penyelesaian 92 persen dan sembilan kemenangan KO.
“The Situ-Asian” juga melanjutkan dominasinya dalam beberapa laga terbarunya, dimana dua pertandingan terakhirnya berakhir dengan penyelesaian atas mantan pemegang gelar divisi featherweight Narantungalag “Tungaa” Jadambaa dan penantang peringkat kedua Koyomi “Moushigo” Matsushima.
“Martin memiliki kekuatan di tangan kanannya. Saat ia mendaratkan serangan, mereka mengetahuinya. Ia memiliki pengalaman luar biasa dan telah cukup lama menjadi juara. Ia menarik banyak perhatian, dan ia layak untuk itu,” jelas Le.
“Martin adalah atlet yang cerdik, dan ia menjadi juara karena suatu alasan. Saya kira ia akan maju, memperhitungkan beberapa hal, mengumpulkan informasi dan kami akan bertukar serangan untuk beberapa waktu sampai salah satu dari kami tidak disiplin.”
Laga perebutan gelar Juara Dunia ini akan berlangsung selama lima ronde, namun Le menegaskan ia tidak berencana berlaga sampai selesai.
“Saya tak akan maju dan kalah melalui keputusan juri. Itu tidak akan terjadi,” ungkapnya. “Saya akan maju, menaruh semua kartu saya di atas meja, terfokus dan memastikan saya meraih kemenangan.”
Pemikiran tersebut tak hanya ada karena gaya bertanding Le yang menarik dan agresif. Itu juga karena ia ingin mendorong dirinya sendiri di luar batasan yang terlihat dan menguji kemampuannya melawan yang terbaik dalam industri ini.
“Satu-satunya alasan mengapa saya berkarier dalam olahraga ini adalah untuk membuktikan pada diri saya dan keluarga saya bahwa saya adalah salah satu petarung terbaik di dunia, dan saya layak berada di sini. Saya layak berada di urutan teratas dalam daftar itu, sebagai Juara Dunia,” ungkapnya.
“Saya tidak berusaha mencari jalan mudah untuk memastikan [sabuk ini] berada di pinggang saya. Saya berusaha melawan yang terbaik di dunia, dan Martin adalah yang terbaik di dunia. Itulah mengapa saya ingin melawan pria ini.”
Tentu saja, Le masih berencana untuk berhati-hati. Ia akan terfokus pada strateginya dan menunggu lawannya tersebut membuat kesalahan.
Pada titik itu, atlet berdarah Vietnam-Amerika ini hanya memiliki satu tujuan dalam pikirannya.
“Saat Martin akhirnya masuk, saya akan membuatnya KO,” tegas Le. “Seperti yang sebelumnya saya lakukan sepanjang karier saya bersama ONE.”
Baca juga: 5 KO Terbaik Dari Para Bintang Di ONE: INSIDE THE MATRIX