Tiffany Teo Katakan Laga Ulang Dengan Xiong Bukanlah Pembalasan Dendam: ‘Ini Penebusan’
Tiffany “No Chill” Teo akan mendapatkan kesempatan untuk membalas satu-satunya kekalahan dalam karier profesionalnya sementara ia berlaga demi penghargaan tertinggi dalam seni bela diri campuran.
Namun saat penantang teratas divisi ini berhadapan dengan rival lama dan Juara Dunia ONE Women’s Strawweight “The Panda” Xiong Jing Nan demi sabuk emas dalam ajang ONE: INSIDE THE MATRIX di Singapura pada tanggal 30 Oktober, itu tak akan menjadi pemikirannya.
“Saya tak akan berkata bahwa ini tentang pembalasan dendam,” kata Teo memulai. “Ini adalah sebuah penebusan.”
Laga melawan Xiong ini telah dipersiapkan selama dua tahun. Dan kali ini, “No Chill” memiliki determinasi tinggi untuk tidak membiarkan kesempatan kedua merebut emas itu lewat begitu saja.
“Laga ulang ini adalah sebuah kesempatan yang sangat langka, karena seberapa sering anda dapat membalas kekalahan, bukan? Dan, itu adalah kekalahan satu-satunya dalam catatan rekor saya,” kata Teo.
“Sebagai tambahan, saya merasa seperti telah sangat berkembang sebagai petarung bela diri campuran selama beberapa tahun ini. Petarung dalam diri saya sekarang sangat jauh berbeda dengan petarung yang ada dalam diri saya pada tahun 2018, saat saya pertama kali bertemu dengannya – dan sejujurnya, Tiffany pada tahun 2020 akan mengalahkan Tiffany pada tahun 2018, kapan pun, dengan mudah.”
Teo memulai karier profesional dalam bela diri campuran dengan sebuah kemenangan beruntun yang dominan.
Atlet Singapura ini berturut-turut memenangkan laga atas tujuh lawannya, mencetak penyelesaian atas lima diantaranya dan membangun rekor sempurna 7-0 sebelum meraih kesempatan menjadi Juara Dunia ONE Women’s Strawweight yang pertama.
Di bulan Januari 2018, “No Chill” menantang Xiong demi memperebutkan gelar perdana ini, dimana ia berjuang dengan gagah berani dan luar biasa. Teo mencetak beberapa takedown di awal dan bahkan menyerang dari dalam pertahanan lawan. Namun, pada akhirnya, “The Panda” terlalu kuat dan menghentikan atlet Singapura ini pada ronde keempat untuk menghentikan impiannya menjadi Juara Dunia..
Berdasarkan itu, kebanyakan orang akan berpikir bahwa Teo akan memasuki laga ini untuk membalas kekalahannya saat itu. Namun, jelas bahwa ia hanya terfokus pada kisah penebusan dirinya.
- Martin Nguyen Ingin Ciptakan Sejarah, Beri Inspirasi Generasi Berikutnya
- Eduard Folayang Harap Raih Kembali Kemenangan Penting Di Singapura
- Christian Lee Harap Cetak Penyelesaian Cepat Saat Pertahankan Gelar
Jalur menuju penebusan itu dimulai pada bulan November 2018 saat “No Chill” mengalahkan Juara Dunia Brazilian Jiu-Jitsu delapan kali dan penantang peringkat kedua divisi strawweight Michelle Nicolini di ajang ONE: HEART OF THE LION melalui keputusan mutlak, yang memberi kekalahan pertama bagi spesialis grappling itu di atas panggung dunia.
Ia melanjutkan performa tersebut dengan sebuah TKO atas pemegang sabuk hitam judo dan penantang peringkat keempat Ayaka “Zombie” Miura di ajang ONE: KING OF THE JUNGLE bulan Februari lalu.
Jelang laga tersebut, Miura mengalahkan ketiga lawan sebelumnya di ONE dengan kuncian scarf-hold Americana dan hampir melakukan hal yang sama pada Teo, namun “No Chill” berhasil lolos dan akhirnya mencetak penyelesaian pada ronde ketiga.
Setelah rangkaian kemenangan beruntun ini, Teo kini siap melawan wanita yang telah mendominasi divisinya sejak merebut sabuk emas tersebut.
Pada saat yang sama, “No Chill” tidak berharap untuk berhadapan dengan Xiong yang sama seperti yang ditemuinya di dalam Circle pada tahun 2018.
“Ia berkembang sebagai petarung sejak itu. Saya dapat melihat kemajuan dalam berbagai aspek permainan ini. Namun saya akan mengatakan bahwa ia sangat nyaman berdiri dan beradu striking,” jelas Teo.
“Ia cenderung menyulitkan [lawan], setidaknya dalam beberapa laga sebelumnya, dengan hujan pukulan. Saya tidak melihat dirinya memiliki pukulan KO, namun ia sangat eksplosif. Kebanyakan wanita tak dapat mengatasinya. Mereka tidak terbiasa dengan intensitas seperti itu.”
Berdasarkan hal itu, atlet Singapura ini meyakini bahwa sedikit ketenangan dapat sangat berguna melawan striker seperti Xiong.
“Saya harus tetap tenang, apa pun yang terjadi,” katanya. “Ia ingin saya untuk tidak tenang dan memainkan permainannya, untuk mengincar takedown. Saya tak dapat jatuh ke dalam permainan itu. Saya harus bertahan dengan game plan saya sendiri.”
Menurut Teo, rencana itu akan menjadi perpaduan antara striking, grappling dan gulat, yang memberinya keunggulan atas “The Panda.”
“Saya yakin bahwa saya akan dapat mengatasi serangannya, dan jika saya ingin membawanya ke posisi ground, saya yakin dapat membawa permainan saya ke posisi ground,” kata atlet Singapura ini.
Jika strategi tersebut berjalan sesuai keinginan Teo, ia mungkin dapat merebut sabuk emas itu dari superstar Tiongkok tersebut.
“Saya merasa apa pun dapat terjadi dalam laga ini,” kata Teo.
“Namun, saya ingin menjadi Juara Dunia. Ia menghalangi mimpi saya. Ia memegang sabuk itu. Saya harus mengambil sabuk itu dari dirinya untuk meraih tujuan saya. Saya ingin mendominasi – mendominasi seluruh laga. Jika itu tidak berakhir dalam submission atau TKO, saya ingin mendominasi tiap ronde.”
Baca juga: 5 Submission Terbaik Dari Para Bintang Di ONE: INSIDE THE MATRIX