Laga Lightweight Menarik Akan Hadir Di ONE: QUEST FOR GREATNESS
Komentator ONE Championship dan presenter Fox Sports, Steve Dawson, membedah sebuah laga masif antara mantan penantang gelar dan mantan Juara Dunia.
Terakhir kali saya melihat Nobutatsu Suzuki di Kuala Lumpur, itu terjadi setelah tengah malam, dan ia sedang berjalan-jalan dengan kelompoknya menuju Changkat Bukit Bintang dengan sabuk emas ONE Championship di pundaknya.
Atlet Jepang itu baru merebut gelar Kejuaraan Dunia ONE Welterweight perdana, setelah ia tampil selama 25 menit di dalam arena melawan figur menakutkan, Brock Larson. Selalu menjadi petarung yang menarik, Suzuki akhirnya kehilangan sabuk itu di tangan Ben Askren lima bulan kemudian.
Pria berusia 39 tahun ini akan kembali tampil di kota yang menjadi saksi kesuksesan terbesarnya, walau dalam divisi yang berbeda, pada Jumat, 18 Agustus, di ONE: QUEST FOR GREATNESS.
Lawannya, pahlawan Malaysia berusia 28 tahun bernama Ev Ting, baru saja menyelesaikan sebuah laga keras melawan Juara Dunia ONE Lightweight Eduard Folayang, dan akan kembali memulai perjuangan untuk memasuki laga perebutan gelar dengan mengatasi berbagai kesulitan besar.
Suzuki, setelah turun satu divisi, akan terlihat lebih kecil dari sebelumnya, tetapi ia masih akan lebih besar dari Ting. Ini adalah persiapan sempurna bagi usaha Ting untuk mendapatkan kesempatan kedua melawan Folayang, seorang juara yang jauh lebih kuat dari para atlet lightweight kebanyakan.
Bagi Suzuki, Ting akan menjadi lawan pertama yang sangat baik dalam divisi ini. Kecepatan dari petarung lightweight alami akan menjadi peringatan, bahkan bagi atlet Jepang itu, yang jelas bukanlah seorang pemalas di divisi welterweight.
Ini akan menjadi pertarungan stand-up keras bagi para penonton yang hadir di Stadium Negara, dan mungkin akan menjadi laga terbaik malam itu. Ting dapat menghentikan seluruh lawannya dengan berbagai cara dan gaya yang sangat menarik, namun tiga laga terakhirnya berakhir di tangan juri.
Pengkondisian dan pengalaman tersebut akan menempatkannya pada posisi yang bagus melawan pria yang lebih besar itu, yang mungkin akan lebih sulit untuk diatasi daripada Folayang, Kamal Shalorus, dan Rob Lisita, dimana mereka semua mampu mementahkan submission dengan tipu muslihat dan kekuatan.
Suzuki memiliki catatan rekor impresif 11-2-2 dan memiliki kekuatan yang bagus, seperti yang ia tampilkan saat melawan Phil Baroni pada 2013. Tubuhnya yang lebih besar mungkin dapat menambah permasalahan ini bagi Ting.
Ini adalah kecepatan melawan kekuatan, secara sederhana. Semangat muda melawan pengalaman juga dapat menjadi karakteristik dalam laga besar ini.
Masa nonaktif dan usia bukanlah sahabat bagi seorang petarung, tetapi Suzuki membawa hubungan itu di atas pundaknya. Ting (13-4) dapat dikatakan berada di kondisi puncaknya, dan telah berkembang pesat sejak ia naik kelas ketika melawan Marat Gafurov pada 2015 lalu.
Suzuki dapat memenangkan laga ini, namun dengan tiap menit yang berlalu, hasilnya mungkin akan condong kepada siapa yang dapat meraih keunggulan dari mobilitas milik Ting. Submission pada ronde ketiga akan menjadi hasil yang sangat memuaskan bagi Ting, dan jika ini adalah laga lima ronde, saya akan mengunggulkannya sebagai atlet favorit utama.
Selama tiga ronde, hasilnya akan nampak lebih tipis lagi, tetapi pria Malaysia itu seharusnya masih mendapatkan kewaspadaan untuk tetap berada di luar jarak serang pada pertukaran awal, lalu segera masuk kembali saat ia melihat waktunya tiba.
Steve Dawson adalah komentator utama ONE Championship, presenter Fox Sports dan penulis dari berbagai biografi olahraga. Ia dapat diikuti melalui Twitter & Instagram sebagai @Gulasahi, serta di Facebook sebagai Steve Dawson.