Shinya Aoki’s ONE 101: Ragam Olahraga Yang Memberi Metode Latihan Baru
Setelah berbagai restriksi yang terjadi untuk membendung pandemi COVID-19 dan ditundanya beberapa ajang ONE Championship, jadwal latihan dari berbagai atlet pun cukup terdampak.
Dunia ini sedang mengalami kegelisahan besar, dimana banyak orang berusaha bertahan di bawah tekanan besar. Saya harap situasi ini akan mereda secepat mungkin.
Sama seperti para penggemar yang merindukan ajang yang disiarkan secara langsung, para atlet pun juga merasa frustrasi karena tidak dapat berlatih atau berlaga.
Ini bukanlah kesalahan siapapun, dan kita hanya harus menunggu sampai tiba waktunya untuk tampil kembali. Walau saya merasa sedikit tertekan karena kami tidak dapat berlatih secara rutin, saya ingin memiliki pandangan positif untuk masa depan, dengan pemikiran yang kuat.
Di Jepang, pemerintah mendorong warganya untuk menahan diri dari beraktivitas dan tidak menerapkan karantina total, maka saya berlatih dalam grup kecil yang berisi atlet profesional, tetapi dengan jumlah yang jauh lebih sedikit dari biasanya. Terdapat beberapa pembatasan, tetapi saya menjadi kreatif dalam berlatih, seperti melakukan latihan bertiga atau berempat, dan dengan pelatih pribadi.
Saya kira ini terjadi karena karakteristik dari warga Jepang dan kepribadian saya sendiri. Kami sangat terbiasa memikirkan cara bertahan hidup dengan sumber daya terbatas, maka kami memiliki sikap untuk mencoba sebaik mungkin terlepas dari situasi apapun. Saya kira sikap ini terintegrasi secara genetik dan diperjelas dengan pendidikan kami. Kami adalah pekerja keras, dan sangat sabar.
Terlepas dari topik terkait bagaimana kita dapat tetap berlatih dalam situasi saat ini, saya ingin berbicara bagaimana kami terbiasa berlatih.
Seniman bela diri campuran memiliki beragam metode berlatih. Di sisi lain, saat saya berkompetisi dalam judo, hanya terdapat sebuah menu latihan yang spesifik. Maka, saya kira sangat menarik untuk melihat bahwa tidak ada metode latihan definitif untuk seni bela diri campuran. Saya meyakini bahwa ini terkait karakteristik disiplin ini, yang melibatkan ragam teknik dan atlet dengan berbagai gaya.
Menu latihan untuk penyerang dan kiper dalam sepak bola, atau pelempar dan penangkap dalam baseball, sangatlah berbeda, walau seluruh atlet ini memainkan olahraga yang sama. Ini mirip dengan yang diaplikasikan pada seni bela diri campuran. Hal ini berbeda bagi striker atau grappler, termasuk metode latihannya dan juga terpisah pada segmen-segmen tertentu di dalam dua kategori tersebut.
Maka, saya tidak merasa ada cara paling tepat, atau paling benar, untuk berlatih, dan tiap individu harus memikirkan rutinitas latihan yang cocok dengan mereka.
Dalam kasus saya, saya tidak berlatih di sasana tertentu. Saya berlatih di berbagai lokasi dimana banyak atlet lain berkumpul dan saya dapat mempelajari kemampuan baru. Saya membangun menu latihan saya seperti anak kuliahan yang memilih pelajaran dalam kurikulum mereka, dibandingkan dengan belajar dari pelatih tertentu di salah satu sasana.
Mungkin sangatlah mudah untuk mengerti hal ini jika anda membayangkan seorang seniman bela diri layaknya seorang pekerja lepas.
Karena saya tidak belajar dari pelatih tertentu, saya wajib mengendalikan latihan saya, dan setiap hari, saya memikirkan jumlah dan tema latihan harian saya.
Kebanyakan warga Jepang, termasuk saya, sangat mengenal jurnal latihan harian yang ditulis di buku catatan kecil tiap harinya. Saya melakukan ini untuk merancang menu latihan saya.
Apa yang saya latih saat ini mungkin hanya setengah dari jumlah latihan saya 10 tahun yang lalu, jika saya membandingkan angkanya.
Saat saya berlatih dengan volume terbesar, saya saat itu menjalani tiga sesi latihan antara satu setengah sampai dua jam tiap sesi dalam sehari. Tetapi, kini saya hanya melakukan satu sesi setiap hari, atau dua jika memungkinkan.
Catatan terbaik saya, untuk banyaknya ronde sparring dalam tiap sesi, mencapai 25 kali dalam satu hari. Tetapi, saya kini hanya menjalani enam sampai delapan ronde. Saya menerapkan cara ini sebagai bagian dari percobaan saya, terkait dengan usia dan kondisi saya saat ini.
Sebagai tambahan, atlet Jepang seringkali mengunjungi sasana lain untuk mendapatkan kemampuan yang tak dapat mereka pelajari di sasana mereka sendiri, serta untuk berlatih dengan rekan latihan yang memiliki tingkatan lebih tinggi.
Keuntungan terbaik saat mengunjungi sasana lain adalah bahwa kita dapat berlatih dengan rekan-rekan yang memiliki gaya berbeda. Beberapa atlet mungkin lebih ingin berlatih jauh dari sasana mereka sebelum tiap laga. Saya rasa, ini dikarenakan mereka ingin mengalami tekanan yang mirip dengan pertandingan sebenarnya dengan rekan latihan yang tidak mereka kenal.
Tergantung kepribadian atlet itu, beberapa dari mereka mengubah cara mereka berlatih tepat sebelum mereka berlaga. Saya mencoba melakukan latihan yang sama baik saat memiliki jadwal tanding atau tidak. Ini karena usia dan pengalaman saya, tetapi saya juga lebih suka melakukan hal yang sama, sehingga saya tidak merubah rutinitas latihan saya terlalu banyak.
Beberapa orang akan mengatakan bahwa saya sangat bersungguh-sungguh dengan melihat cara berlatih seperti ini, tetapi saya tidak melihatnya seperti itu. Saya hanya menyukai bela diri dan berlatih.
Banyak atlet yang saya tahu membedakan latihan rutin dengan pemusatan latihan untuk sebuah laga. Ini adalah teori yang dapat diterima, seperti dari buku panduan, namun saya kira tidak apa-apa bagi seorang atlet untuk melakukan berbagai hal yang berbeda selama mereka memikirkan dan mengerti apa yang mereka butuhkan.
Maka, saat anda melihat informasi tentang bagaimana para atlet ini berlatih dari media sosial mereka, ingatlah bahwa dalam seni bela diri campuran, rutinitas latihan akan berbeda tergantung dari para atlet itu sendiri. Ini akan menjadikan laga mereka yang anda saksikan berbeda, bahkan anda mungkin akan lebih menikmatinya.
Saya akan menutup kolom ini dengan menyampaikan keinginan saya untuk bertanding di depan kalian semua, segera.
Superstar bela diri campuran ini menulis kolom bulanan berjudul “Shinya Aoki’s ONE 101,” dimana dirinya menjelaskan alasan mengapa anda wajib menyaksikan ONE Championship melalui perspektif terbaik dari seorang atlet. Seluruh opini dalam artikel ini sepenuhnya dihasilkan dan menjadi miliknya.
Baca juga: Shinya Aoki’s ONE 101: Sebuah Pengamatan Atas Ajang Tertutup Tanpa Penonton